Oleh Ahdi Riyono*
A language is what native speakers say, not what someone thinks they ought to say (Clifford H. Prator, 1980).
Setiap bahasa dapat dipastikan memiliki variasi atau ragam bahasa. Hal ini dikarenakan pengguna bahasa atau para penutur bahasa memiliki latar belakang yang beragam. Mereka dapat berasal dari golongan orang tua, dewasa ataupun remaja. Variasi atau aneka kode menurut pemakaiannya merupakan aturan-aturan bahasa yang bersifat sosial yang muncul dalam setiap komunikasi dan tidak mungkin diabaikan.
Setiap pembicaraan ditentukan oleh siapa yang berbicara, dengan siapa, di mana, bilamana, tentang apa, dan dengan sarana/cara apa seseorang itu berbicara. Dalam film ‘Kiamat Sudah Dekat’ yang dibintangi oleh Deddy Mizwar sebagai pak haji, Andre Stinky sebagai Fandy, dan Muhammad Dwiki Reza sebagai Saprol terdapat aneka kode yang digunakan oleh ketiga tokoh tersebut dan karakter lainnya. Mereka mewakili dari golongan tiga generasi orang tua, dewasa, dan Remaja. Dalam berbagai situasi tutur, mereka menggunakan variasi kode yang berbeda-beda.
Sementara itu, kajian bahasa yang mengaitkan bahasa dengan faktor-faktor kemasyarakatan atau sosial dikaji dalam sosiolinguistik. Sosiolinguistik termasuk bidang linguistik yang melihat persoalan bahasa sebagai alat komunikasi. Sosiolinguistik melihat bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa.
Konsep tentang kode dalam konteks alih kode tidak sama dengan bahasa. Kode dalam istilah alih kode cocok diberikan pengertian sebagai varian (atau variasi) tertentu dalam suatu bahasa (Kridalaksana, 1983: 86). Pengertian ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wojowasito (dalam Halim(ed), 1981) yang menggunakan istilah kode dengan pengertian yang agak lurus, tidak saja berupa bahasa dan logat, tetapi juga tingkat-tingkat, gaya cerita, dan gaya percakapan. Sedangkan Poejosoedarmo (1978) memberikan definisi kode ialah suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada.
Sampai di sini, alih kode dapat diartikan sebagai alih varian dalam penggunaan bahasa karena pada waktu berbicara, seseorang pembicara sering mengganti kode bahasanya. Menurut Hudson (1996: 51) alih kode terjadi karena di dalam masyarakat terdapat lebih dari satu bahasa atau variasi yang disebut dengan bilingualisme atau multilingualisme. Setiap individu yang berbicara lebih dari satu bahasa pasti akan memilih diantara bahasa-bahasa itu sesuai dengan kapan bahasa itu digunakan. Masih menurut Hudson (1996: 51) pertimbangan dalam memilih bahasa atau variasi; (1) bahasa atau variasi harus dapat dipahami mitra tutur, (2) disesuaikan dengan aturan sosial (social rules).
Dengan demikian alih kode adalah alih bahasa dengan tujuan mengakomodasikan berbagai macam variasi bahasa: dialek dan register. Alih kode yang demikian menurut Hudson (1996: 52) disebut dengan alih kode situasional, yaitu peralihan kode terjadi bersamaan dengan perubahan situasi eksternal yang dapat diamati. Contoh alih kode situasional seseorang penutur yang sedang berbicara terhadap seseorang O2, dan biasanya, dia pakai bahasa Indonesia. Tiba-tiba saja, karena satu dan lain hal, di ganti bahasa itu dengan bahasa Jawa Krama. Pergantian itu bisa hanya berlangsung satu kalimat lalu pembicaraan kembali lagi ke kode biasanya, yakni bahasa Indonesia (Poedjosoedarmo, 1978:2). Sedangkan peralihan kode yang didasarkan karakteristik situasi eksternalnya tidak atau sulit ditentukan disebut alih kode metaforis (Methaphorical switching) (Blom dan Gumpers 1971 dalam Hudson 1996).
Film kiamat sudah dekat merupakan film yang bernuansa edukatif dan religius serta menggambarkan masyarakat multilingual. Dengan demikian, terdapat alih kode dalam hampir setiap pembicaraan. Film ini menggambarkan perjalanan seorang anak muda, seorang musisi rock, rocker, yang sama sekali tidak mengerti masalah agama, ingin mendapatkan seorang wanita muslimah bernama Sarah, putri seorang pak haji/kyai.
Dalam film ini muncul alih kode yang digunakan dalam bertutur oleh para karakter utama yang tentunya mempunyai fungsi dan tujuan kemasyarakatan tertentu. Berikut berberapa jenis alih kode yang muncul:
Alih Kode Bahasa Arab
Alih kode adalah bentuk peralihan kode dalam percakapan dengan dengan tujuan-tujuan tertentu. Berikut contoh beberapa alih kode yang terdapat dalam Film Kiamat Sudah Dekat; contoh (8) terjadi saat Fandi ketemu pak haji di Mushola setelah sholat Ashar.
(8)
Pak haji : Jadi bener elo pengin kawin ama anak gue?
Fandi : ya, biasanya sih penjajakan dulu pak haji, pacaran!, pacaran!.
Pak haji : Gak, gak ada pacaran, haram!. Langsung nikah!
Fandi : (nampak kegirangan), oh, I like it. Boleh-boleh, ok!
Pak haji : pacaran nanti kalo udah kawin, aman gak ada fitnah.
Fandi : Oh, that’s right, pak haji. Betul-bentul.
Dari penggalan contoh tuturan (8) tampak pak haji menggunakan alih kode, yaitu menggunakan bahasa Arab saat Fandi mengatakan pacaran!, pacaran. Tuturan haram! Adalah kependekan dari tuturan lengkap hada haram (ini haram). Kata hada diganti dengan intonasi yang keras pada kata haram. Dengan demikian, arah alih kode dalam cuplikan contoh di atas adalah dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.
Pada tuturan sample (1) pun terdapat alih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab
H.R : Anak muda, seminggu lagi datang ke mushola ba’da Ashar!
Fandi : Jam berapa pak?
H.R : Ba’da ashar.
Fandi : Ba’da ashar, ya. Ok, fine.
Dari cuplikan tuturan (1) di atas dapat dilihat bahwa alih kode dilakukan Haji Romli pada saat ia menjanjikan ketemu kembali dengan Fandi pada minggu depannya. Namun, pak haji tidak menyebutkan jamnya tapi hanya tempat, yaitu mushola dan ba’da ashar. Kemudian Fandi menanyakan kembali pukul berapa dia harus ketemu di mushola. Pak haji tetap jawab ba’da ashar. Ba’da ashar adalah frasa arab yang artinya setelah sholat ashar. Jadi, arah alih kode di atas adalah dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.
Alih Kode Bahasa Inggris
Seperti alih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab juga, banyak digunakan alih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Berikut contoh dari sample (8).
Pak haji : Gak, gak ada pacaran, haram!. Langsung nikah!
Fandi : (nampak kegirangan), oh, I like it. Boleh-boleh, ok!
Pak haji : pacaran nanti kalo udah kawin, aman gak ada fitnah.
Fandi : Oh, that’s right, pak haji. Betul-bentul.
Dari percakapan (8) Si Fandi yang mempunyai latarbelakang cukup lama tinggal di Amerika saat bercakap-cakap dengan Haji Romli sebelumnya menggunakan bahasa Indonesia yang agak formal tiba-tiba pada saat pak haji mengatakan haram!, langsung nikah, Si Fandi mengalihkan kode dari bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. "Oh, I like it" Ok, ‘that’s right’, yang artinya oh, saya setuju itu ya, itu tepat. Dengan demikian, dapat dikatakan arah alih kode dalam cuplikan percakapan di atas adalah dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
C ontoh selanjutnya adalah dari sample (7)
Konteks saat Fandi akan merekam si Saprol untuk membaca bacaan sholat.
Fandi : Ok, men?
Saprol : Ok, men.
Fandi : Siap ya, ok. One, two, three go!
Dari percakapan (7) di atas dapat dilihat bahwa alih kode dilakukan oleh Fandi. Alih kode yang dimaksud adalah dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, yakni siap ya, ok. One, two, three go! ‘ satu, dua, tiga, mulai!’. Alih kode itu terjadi pada saat Fandi memberi aba-aba Saprol untuk memulai rekamannya.
Fungsi Alih Kode
Ditinjau dari sementaranya atau tidak sementaranya alih kode yang terdapat dalam wacana Film Kiamat Sudah Dekat, dapatlah dikatakan bahwa semua alih kode yang ada dalam wacana tersebut adalah bersifat tetap. Hal yang demikian disebabkan kontak bahasa di antara pelakunya bersifat terus-menerus.
Dari penelitian, didapatkan bahwa ternyata alih kode itu memang memiliki arah tertentu dan peralihan dari satu kode ke kode yang lain itu pasti memiliki maksud. Dengan kata lain, penutur dalam beralih kode pastilah memiliki fungsi. Fungsi-fungsi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Fungsi larangan
Dalam wacana percakapan contoh (8), alih kode yang digunakan oleh Haji Romli dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab saat merespon jawaban Fandi yang ingin berpacaran dahulu sebelum menikahi Si Sarah. Dengan nada tinggi, haji Romli mengatakan ‘haram’!, dengan diikuti ungkapan langsung nikah. Maksud dari alih kode tersebut adalah larangan untuk berpacaran.
Karena dalam pandangan Haji Romli pacaran dilarang dalam agama Islam, sehingga ia langsung berujar ‘langsung nikah’. Artinya setelah dikenalkan dan cocok langsung nikah. Jadi tidak dengan pacaran. Dengan demikian fungsi dari alih kode di atas adalah fungsi pelarangan.
Fungsi Ujian
Dalam wacana tuturan (1), ketika Haji Romli bertemu dengan Fandi di rumahnya, kemudian mereka membuat perjanjian ketemu lagi. Melihat gelagat Fandi adalah pemuda yang tidak tahu agama dan tidak pernah sholat, lalu Haji Romli mengharapkan pada Fandi untuk menemuinya kembali di mushola ba’da ashar. Frasa ba’da ashar ditelinga Fandi agak aneh dan bingung apa yang dimaksud Haji Romli. Kemudian dia kembali bertanya jam berapa? Tetap dijawab ba’da ashar. Di sini ada praanggapan dalam diri Haji Romli bahwa kalau Fandi sholat pasti akan tahu pukul berapa ba’da ashar. Dengan demikian fungsi alih kode dalam percakapan (1) adalah fungsi ujian.
Fungsi menyatakan persetujuan
Dalam tuturan (8) ketika Haji Romli melarang Fandi untuk berpacaran dengan anaknya, Si Sarah Haji Romli memberikan solusi langsung nikah. Dengan solusi yang diberikan Haji Romli tersebut Fandi dengan gembira mengatakan oh, I like it. Boleh-boleh, ok!. Alih kode yang diucapkan oleh Fandi berfungsi untuk menyatakan persetujuan pada apa yang dikehendaki Haji Romli. Dengan demikian alih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris berfungsi untuk menyatakan persetujuan.
Fungsi aba-aba
Di samping fungsi-fungsi yang telah disebutakan, terdapat fungsi lain, yaitu fungsi memberikan aba-aba. Hal ini dapat dilihat pada sample (7), yaitu pada saat Fandi akan merekam Saprol untuk membaca bacaan sholat. Setelah Si Saprol siap di depan peralatan rekam, kemudian Fandi memberi aba-aba dengan menggunakan bahasa Inggris "One, two, three go! Yang artinya satu, dua, tiga,mulai. Dengan demikian, fungsi dari alih kode ini adalah untuk menyatakan aba-aba.
Dengan demikian, Pemakaian bahasa dalam masyarakat yang berdwibahasa (bilingual) atau multibahasa (multilingual) merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji dari perspektif sosiolinguistik. Masyarakat Jakarta (Betawi) adalah masyarakat yang berdwibahasa. Artinya kedwibahasaan atau bermultibahasaan tersebut dapat memunculkan pemakaian bahasa yang bervariasi dalam masyarakat, khusunya alih kode.
* Penulis adalah staf pengajar pada program Pendidikan Bahasa Inggris, dan ketua Kelompok Studi Bahasa dan Budaya (KS2B), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus, Kudus, Jawa Tengah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar