Senin, 07 April 2008

Menuju Universitas Kebudayaan

Oleh: Sarjadi *)

UNIVERSITAS Kebudayaan (Cultural University), mungkin masih asing di telinga kita. Lebih-lebih apabila ini merupakan visi suatu perguruan tinggi. Visi biasanya ditulis dalam satu sampai tiga kalimat yang panjang, sedangkan yang pendek biasanya dipaparkan misalnya sebagai Universitas Riset (research university). Pemilihan visi sebagai Universitas Kebudayaan (UK) oleh UMK merupakan hasil analisa perkembangan pendidikan dan masyarakat di Indonesia tanpa melupakan faktor-faktor yang berperan di luar Indonesia.

Era globalisasi yang menuntut perguruan tinggi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu berperan secara global merupakan salah satu acuannya. Kondisi di atas mau tidak mau telah menempatkan pendidikan di Indonesia (khususnya pendidikan tinggi) dalam posisi yang sangat dilematis. Masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society) yang mendominasi semua aspek kehidupan akan sangat mempengaruhi pola pendidikan di Indonesia.

Di samping itu, pengaruh globalisasi dalam bentuk (i) aliran manusia (ii) aliran informasi (iii) aliran teknologi baru (iv) alitan modal (v) aliran gagasan serta citra, telah pula menarik pola masyarakat ilmu pengetahuan kearah perkembangan tertentu sehingga menjadi tidak bebas kultur sebagai khas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menyongsong masa depan, perlu segera disiapkan generasi muda yang handal melalui proses pendidikan yang mampu mengahasilkan generasi muda dengan atribut kompetensi sesuai dengan tuntutan masyarakat, industri, usaha dan profesi, berikut dengan ciri khas kebudayaannya masing-masing.

Ciri Universitas Kebudayaan
Untuk dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang menjadikan Universitas Muria Kudus menjadi tempat pembelajaran dan suatu sumber daya pengetahuan, pusat kebudayaan, serta tempat pembelajaran terbuka untuk semua, maka dimasukkan strategi kebudayaan dalam pengembangan pendidikannya. Strategi kebudayaan tersebut terwujud:

1. Fenomena anthrophos dicakup dalam Pengembangan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan;

2. Fenomena tekne dicakup dalam penguasaan ilmu dan ketrampilan untuk mencapai derajat keahlian berkarya;

3. Fenomena oikos dicakup dalam kemampuan untuk memahami kaidah kehidupan
bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya;

4. Fenomena etnos, dicakup dalam pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keahlian yang dikuasai.
Dalam satu rangkaian kalimat maka visi universitas kebudayaan merupakan cita-cita/ pandangan kedepan UMK untuk menghasilkan out comes pendidikannya berupa generasi muda yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, yang mempunyai kemampuan ilmu, ketrampilan, dan mampu berkehidupan bermasyarakat serta mempunyai sikap dan perilaku sesuai dengan kemampuannya.

Kaliamat di atas menunjukkan bahwa visi UMK tidak akan luntur ataupun aus oleh waktu. Di samping itu telah mencakup pula empat pilar pendidikan dari Unesco yaitu learning to know, learning to do, learning to live together (learning to live with others), learning to be, dimana ujungnya yaitu learning throughout life. Perubahan yang akan terjadi hanya dalam kaitannya dengan perkembangan ataupun cara untuk mencapai yang sesuai kondisi waktu itu.
Peningkatan Kualitas Berkelanjutan

Pengalaman menunjukkan kepada kita bahwa eksistensi perguruan tinggi sangat tergantung pada kualitas perguruan tinggi, lebih-lebih apabila kemudian dikaitkan dengan cita-cita "bertaraf internasional". Tumbuh kembangnya perguruan tinggi ditentukan oleh kualitas proses pendidikan, kualitas penelitian, kualitas pengabdian kepada masyarakat, kualitas organisasi (termasuk pendanaan, keterbukaan, keadilan), dan budaya akademik.

Semuanya akan bermuara pada seluruh sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang ada di PT. Dalam kaitannya dengan UK maka mau tidak mau akan terkait erat dengan peningkatan kualitas (kualitas ilmu, pikir dan emosional atau spiritual) yang berkelanjutan, sehingga semua daya, upaya, fikiran, dan dana terfokus pada program-program yang terkait dengan hal tersebut. Fakultas dan program studi pun harus berorientasi pada pencapaian UK dan

Peningkatan Kualitas Berkelanjutan Pengawalan Mutu UMK (termasuk di dalamnya Monevin). Badan ini setiap saat akan melaksanakan evaluasi pencapaian program setiap fakultas atau program studi untuk menilai apakah program yang direncanakan bisa dijalankan dan dipenuhi sesuai batasan yang telah ditetapkan.

Kegiatan yang telah dilaksanakan
Menyadari bahwa berbagai keterbatasan cukup banyak ditemukan di UMK, maka perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan yang berorientasi pada UK dan Kualitas memerlukan "pengenalan atau sosialisasi" pada seluruh civitas akademika di UMK.
Setelah visi dan misi disetujui oleh seluruh civitas akademika maka dilakukan penyesuaian berbagai peraturan yang ada termasuk statuta universitas. Kurikulum yang berorientasi pada isi, diganti dengan kurikulum yang berorientasi pada kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa.

Perubahan kurikulum ini meletakkan universitas bukan lagi sebagai pusat pengajaran akan tetapui sebagai pusat pembelajaran. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) berubah menjadi Rencana Program dan Kegiatan Pembalajaran Semester (RPKPS).
Dosen tidak lagi sebagai pengajar yang "mentransfer" ilmu (isi mata ajar) akan tetapi dosen sebagai facilitator, empowering dan enabling. Mahasiswa tidak hanya sekedar menerima ilmu dari dosen akan tetapi mahasiswalah yang membentuk ilmu itu dan menganalisa, melakukan diskusi dan mengemukakan pendapatnya.

Di sini mahasiswa berubah dari pasif menjadi aktif. Sistem penilaian tidak lagi bersumber pada hasil ujian tengah semester dan akhir semester, akan tetapi ditambah dari seluruh proses pendidikan, yang tidak hanya segi kognitif akan tetapi juga segi afektif dan psikomotor.
Sebagai akibat dari hal tersebut maka penyempurnaan sumber belajar dan fasilitas belajar dilakukan. Dari tahun 2005 hingga awal tahun 2007 telah berdiri Gedung Labotarium Terpadu Fakultas Hukum, Psikologi dan FKIP. Fasilitas proses pembelajaran telah pula meningkat. Dosen jumlahnya sedikit demi sedikit ditambah, pendidikan ditingkatkan dengan mengirim ke pendidikan S2 dan S3, serta kewenangannya ditingkatkan yang dicerminkan dari peningkatan jabatan fungsional dosen.

Perpustakaan sebagai pusat materi pembelajaran di pindah guna mendapatkan ruang yang lebih luas dan berada di depan-depan kampus, serta dilengkapi isinya.
Sistem Informasi Manajemen Perguruan Tinggi ditingkatkan dengan jalan membangun ulang sistem ini dengan program baru. Fasilitas internet telah tersedia walaupun masih sangat sederhana.

Dalam konteks spiritual (emosi) telah dilaksanakan kegiatan yang untuk mahasiswa baru yaitu orientasi ESQ dan kuantum training, sedang bagi dosen dan staf non edukatif yaitu seni menata hati dan ESQ.

Dampak dari perubahan tersebut telah mulai nampak yaitu suasana akademik telah mulai meningakt, IP mahasiswa cenderung meningkat dengan waktu penyelesaian yang cenderung berkurang. Pada beberapa program studi mulai nampak mahasiswa yang aktif tidak sekedar sebagai pendengar.

Dalam konteks administrasi akademik, telah terjadi peningkatan dari pencatatan kegiatan mahasiswa dan dosen, yang lebih teratur dan tertata.

Kegiatan-kegiatan di atas jelas telah menelan biaya yang sangat banyak yang tidak mungkin didapat dari uang yang dibayarkan oleh mahasiswa. Untuk itu telah dilakukan berbagai upaya untuk mendapatkan tambahan dana dari Pemda, Pemprov ataupun Depdiknas/Dikti, yang nilainya cukup besar.

Sebagai penutup, suasana kondusif di kalangan mahasiswa, dosen, staf non akademik yang merupakan salah satu syarat penting untuk mencapai apa yang dicita-citakan oleh UMK, apabila bisa selalu dijaga, maka diharapkan UMK dalam waktu yang tidak lama akan diakui keberadaannya yang sejajar dengan perguruan tinggi besar lainnya. Tahap berikutnya UMK bisa bicara di tingkat internasional. Semoga

*) Rektor UMK

Tidak ada komentar: