Senin, 07 April 2008

Mari Beradu "Seksi"

TINGGAL beberapa hari ke depan, tepatnya 12 April 2008, sebuah hajat besar bakal dihelat di Kudus, di sebuah kabupaten terkecil di Jawa Tengah. Hajat yang didengungkan sebagai pesta demokrasi ini tak lain pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung.

Pilkada langsung yang baru kali pertama digelar ini, memang jauh berbeda dengan yang pernah diadakan lima tahun silam. Dimana kali ini rakyat yang telah mempunyai hak pilih, bisa memilih sendiri pasangan calon bupati dan wakil bupati pilihannya. Berbeda dengan proses pilkada yang digelar sebelumnya, seorang pemimpin daerah ditentukan oleh 45 anggota dewan.

Seperti daerah lain yang telah terlebih dahulu menggelar kegiatan politik ini, menghadapi proses Pilkada langsung ini, sejumlah tokoh partai dan masyarakat di Kudus mulai ‘bergerilya’ mencari dukungan. Berbagai manuver politik oleh partai atau perorangan, terlihat mulai marak sejak pertengahan 2007 lalu.

Berbagai ajang pertemuan pun digelar untuk meraih dukungan yang dilakukan para calon. Dari ruang-ruang lesehan di warung kaki lima, rumah makan hingga hotel menjadi saksi bisu kegiatan ini.

Tidak jauh berbeda yang dilakukan sejumlah partai politik (parpol). Berbagai konsolidasi dilakukan mulai tingkat ranting hingga pucuk pimpinan parpol yang berada di Ibu Kota. Kesemuanya dilakukan untuk dapat menjaring calon pemimpin di Kudus lima tahun ke depan.
Terhitung ada belasan bakal calon bupati yang sempat menjadi bahan pembicaraan masyarakat, hingga tertayang di berbagai media massa lokal. Ada yang berlatar belakang pengusaha sukses, petinggi parpol, mantan pejabat, pejabat aktif, dan beragam latar belakang profesi lainnya berkeinginan duduk sebagai orang nomor satu di Kudus.

Pada saat yang sama, ratusan baliho berukuran kecil hingga raksasa yang memajang gambar para calon itu pun terpampang di berbagai sudut jalan. Demikian pula poster hingga stiker bertebaran di tembok-tembok kota (mengotori tentunya).

Dari berbagai proses yang dilakukan, kini tinggal tersisa empat pasang calon bupati dan wakil bupati yang dipastikan bakal tampil ke ajang Pilkada. Ke empat pasang calon inilah tentunya berharap menjadi yang paling unggul.

Seberapa jauh kehandalan ke empat pasang calon ini menggaet pendukung, tentunya masih harus dibuktikan di ajang kampanye yang telah dijadwalkan KPUD Kudus. Disamping yang pasti, seberapa dahsyat tim sukses masing-masing calon dalam menggalang dukungan.

Dalam perhelatan semacam ini, tak mudah memang menggaet dukungan mayoritas dari masyarakat/pemilih. Banyak faktor yang menjadi penentu, berhasil tidaknya pasangan calon mendulang dukungan. Apa dan bagaimana kondisi masyarakat juga menjadi sebuah faktor yang menentukan.

Demikian pula kualitas para calon menjadi garansi paling tinggi, apakah mereka benar-benar dapat meyakinkan masyarakat menjadi pemimpin yang diinginkan di Kudus. Dan tentunya, jangan dikira masyarakat di Kota Kretek ini dapat dibodohi, karena sedikit banyak mereka tahu kapasitas para calon tersebut.

Sebagai ilustrasi, Pilkada di Jepara dan Pati tahun 2007 lalu, justru mayoritas pemilihnya tidak datang ke tempat pemungutan suara (TPS), atau lebih bersikap apatis dengan kegiatan tersebut. Alhasil, jumlah golput di dua daerah tersebut mencapai antara 40 hingga 45 persen.
Pendeknya, saat inilah para calon tersebut harus beradu paling ‘seksi’ untuk bisa memikat rakyat, sehingga memilihnya sebagai pemimpin Kota Kretek ini. Nah, untuk mencapainya, tentu dibutuhkan ‘tarian erotis’ sehingga masyarakat yang punya hak pilih tak segan-segan menjatuhkan pilihannya. Maka, mari beradu paling ‘seksi’!!!
(Anas Priyanto)

Tidak ada komentar: